home

Senin, 14 Februari 2011

aktivitas stomata


PRAKTIKUM  IV
AKTIVITAS STOMATA


I.                   TUJUAN
Mengetahui pengaruh tekanan turgor pada aktivitas membuka dan menutup pada stomata.
      
II.                ALAT DAN BAHAN
Alat :
1.      Mikroskop
2.      Gelas obyek dan gelas penutup
3.      Pipet tetes
4.      Silet
5.      Kertas saring
6.      Hand Counter
7.      Tissue
Bahan :
1.      Air
2.      Daun Rhoeo discolor.
3.      Larutan sukrosa 0%,10%,20%,30%








III.             CARA KERJA

1.      Membuat sayatan tipis epidermis bawah daun Rhoe discolor dan meletakkan pada gelas objek, menetesi dengan air, kemudian tutup dengan gelas penutup.
2.      Mengamati di bawah mikroskop bagaimana keadaan atau bentuk stomatanya. Kemudian menggambar di kertas dan mendeskripsikan keadaan secara ringkas.
3.      Mengganti reagen air dengan larutan sukrosa dengan cara meneteskan pada satu sisi gelas penutup dan menghisapnya dengan kertas saring pada sisi yang lain.
4.      Memperhatikan stomata dan mengamati perubahan yang terjadi dibandingkan dengan keadaan awal. Kemudian menggambar di kertas dan mendeskripsikan keadaan secara ringkas.


IV.             HASIL PENGAMATAN

Perlakuan
Jumlah stomata

Seluruh
Membuka
Menutup
Prosentanse
Air
31
31
0
0%
Larutan Sukrosa 10 %
76
67
9
41,8%
Larutan Sukrosa 20 %
15
6
9
60%
Larutan Sukrosa 30 %
34
12
22
64,7%










Gambar kondisi Stomata




 





Reagen Air




Reagen larutan sukrosa 10%




Reagen larutan sukrosa 20%




Reagen larutan sukrosa 30%


















V.                DISKUSI

1.    Mengapa daun Rhoe discolor yang digunakan bagian epidermis bawah?
Jawab :
Karena Rhoe discolor adalah tumbuhan darat sehingga jumlah stomata sebagian besar berada di epidermis bagian bawah. Hal ini merupakan adaptasi dari tumbuhan darat untuk mengurangi transpirasi yang terjadi. Paparan sinar matahari dapat meningkatkan transpirasi, oleh karena itu stomata Rhoe discolor terdapat zat warna antosian sehingga bila ada perubahan pada sitoplasma sel dapat diketahui dengan mudah.

2.    Penggantian air dengan larutan sukrosa atau sebaliknya dapat mempengaruhi perubahan apa saja pada stomata? Mengapa?
Jawab :
Perubahan air dengan larutan sukrosa maupun sebaliknya dapat mempengaruhi perubahan pori stomata dan keadaan sel penjaga dari stomata. Larutan sukrosa memiliki potensial osmotik yang lebih rendah sehingga bila epidermis daun Rhoe discolor diberi larutan sukrosa maka terjadi perubahan celah stomata karena air yang ada di dalam sel penjaga mengalami osmosis sehingga air keluar dari sel. Bila air dari sel penjaga keluar maka sel penjaga menjadi berkerut.

3. Bagaimana hubungan aktivitas stomata dengan tekanan turgor dan keadaan lingkungan?
Jawab :
Hubungan antara aktivitas stomata dengan tekanan turgor adalah bila tekanan turgor rendah maka celah stomata akan menutup dan bila tekanan turgor tinggi maka celah stomata akan membuka. Hubungan antara aktivitas stomata dengan keadaan lingkungan adalah bila lingkungan sekitar memiliki keadaan yang cukup kadar air maka celah stomata akan membuka dan bila keadaan sekitar kurang kadar air maka celah stomata akan menutup.



VI.             PEMBAHASAN
     
Praktikum percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tekanan  turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata, yaitu stomata dari daun Rhoeo discolor. Rhoeo discolor merupakan tumbuhan darat, sehingga stomatanya banyak ditemukan pada bagian bawah (abaxial). Oleh karena itu sayatan daun yang kami gunakan adalah sayatan daun Rhoeo discolor bagian bawah. Pertama, membuat sayatan tipis pada daun Rhoe discolor bagian bawah, meletakkannya di atas gelas objek dan ditutup dengan cover glass, kemudian mengamatinya dibawah mikroskop. Ternyata stomata daun Rhoe discolor dalam keadaan membuka. Karena pada saat itu potensial air pada sel penutup meningkat (kadar air di luar lebih tinggi daripada kadar air di dalam sehingga air di luar akan masuk). Dengan meningkatnya potensial air dalam sel, maka tekanan turgor dalam sel semakin besar dan stomata akan terbuka.
             Setelah itu, mengganti reagen air dengan larutan sukrosa10%. Terlihat celah stomata tidak berbeda jauh dengan celah stomata yang hanya ditetesi oleh air. Ini dikarenakan sel penjaga masih mampu beradaptasi dengan lingkungan, sehingga kandungan air di dalam sel penjaga sedikit mengalami osmosis.
            Pada stomata yang diberi larutan sukrosa 20%, hasil yang didapat adalah stomata dalam keadaan tertutup, atau celah stomata lebih menyempit dibandingkan sebelumnya. Karena pada saat itu potensial air pada sel penutup menurun (kadar air di dalam sel lebih tinggi daripada kadar air di luar sel, sehingga air dari dalam sel keluar). Dengan menurunnya potensial dalam sel, maka tekanan turgor dalam sel semakin kecil dan dengan tekanan turgor yang kecil, stomata akan tertutup. Dari hasil pengamatan diatas dapat diketahui bahwa potensial air bergerak dari tempat dengan potensial air yang cenderung lebih positif  menuju keluar sel yang negatif.
            Pada stomata yang diberi larutan sukrosa 30%, kandungan air di lingkungan sangat sedikit, sehingga air mengalami osmosis. Potensial air antara lingkungan di luar sel dengan yang di dalam sel berbeda. Air di dalam sel penjaga cenderung keluar sehingga tekanan turgor rendah dan menyebabkan celah stomata menutup. Keadaan ini tidak hanya menyebabkan tertutupnya celah stomata, tetapi juga membuat sebagian besar cairan sel ikut keluar dan sel penjaga menjadi mengkerut.

Perbedaan kadar larutan sukrosa juga dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap aktifitas stomata yang dalam hal ini adalah prosentase stomata yang menutup. Hal ini dapat dilihat dari data hasil pengamatan bahwa pada kadar larutan sukrosa yang rendah air  prosentase jumlah stomata yang menutup sekitar 0% dari jumlah stomata yang membuka. Sedangkan pada kadar larutan sukrosa 10%, jumlah stomata yang menutup sekitar 11,8 %. Dan pada kadar larutan sukrosa yang tinggi (30%) prosentase jumlah stomata yang menutup mencapai 64,7%. Dari prosentase jumlah stomata yang menutup tersebut dapat kita lihat bahwa semakin tinggi kadar larutan sukrosa maka jumlah stomata yang menutup juga semakin banyak. Hubungan ini dapat kita lihat seperti pada Grafik 1. di bawah ini.

Grafik 1. Hubungan antara kadar larutan sukrosa dengan prosentanse stomata yang menutup.





Hal tersebut dikarenakan larutan sukrosa bersifat hipertonis dari pada cairan sel penjaga, sehingga menyebabkan terjadinya peristiwa osmosis keluarnya air dari dalam sel penjaga dan kemampuan tekanan turgor dalam sel penjaga menurun sehingga menyebabkan pori stomata menutup. Tanggapan dari setiap sel penjaga stomata terhadap kondisi lingkungan dalam daun yang sama dapat berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya semakin tinggi intensitas atau konsentrasi kondisi lingkungan (dalam praktikum ini adalah larutan sukrosa) maka reaksi yang diberikan, yang dalam praktikum ini adalah menutupnya pori stomata, semakin cepat. Hal ini dapat dilihat dengan peningkatan prosentase pori stomata pada kadar sukrosa yang semakin tinggi.


VII.          KESIPULAN

1.      Tekanan turgor mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata. Turgor sel penjaga yang tinggi menyebabkan stomata membuka, sedangkan turgor sel yang rendah menyebabkan stomata menutup.
2.      Stomata membuka pada siang hari dan menutup pada malam hari. Hal ini mencegah tumbuhan kehilangan air yang tidak perlu ketika hari terlalu gelap untuk melakukan fotosintesis.
3.      Pada reagen air, celah stomata membuka karena sel penutup mempunyai tekanan turgor yang tinggi.
4.      Pada reagen larutan sukrosa 10%, celah stomata tidak berbeda jauh dengan celah stomata yang hanya ditetesi oleh air. Karena sel penjaga masih mampu beradaptasi dengan lingkungan, sehingga kandungan air di dalam sel penjaga sedikit mengalami osmosis.






VIII.       DAFTAR PUSTAKA

Gardner, F.P., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Salisbury, F.B., Cleon W.R. 1995. Fisiologi Tumbuhan, jilid 1. Penerbit ITB, Bandung.
Stern, Kingsley Rowland. 2003. Introductory Plant Biology, 9th ed. McGraw-Hill Companies, New York.

1 komentar: